MADIHIN SASTRA LISAN EKSODUS DI
TEMPULING
Oleh : Rani Hidayati
Pekanbaru,
(17/04) Tempuling merupakan salah satu kecamatan yang ada di Indragiri Hilir
yang masyarakatnya lebih di dominasi suku eksodus yaitu suku banjar. Namun,
suku banjar yang ada di Indragiri Hilir khususnya di kecamatan Tempuling sudah
tidak seasli banjar yang ada di Kalimantan Selatan, karena telah di pengaruhi
oleh suku Melayu yakni suku asli Riau. Maka, suku Banjar yang terdapat di
kecamatan Tempuling lebih dikenal dengan suku Melayu Banjar. Oleh karena itu,
selain makanan dan orang-orang yang lebih mendominasi di kecamatan tersebut,
adat serta kebudayaanpun sangat mendominasi di kecamatan Tempuling. Seperti
adat pernikahan yang ada di kecamatan Tempuling. Upacara pernikahan di
kecamatan Tempuling memiliki perpaduan antara adat Melayu dan Banjar.
Dalam
upacara pernikahan yang ada di kecamatan Tempuling, pencak silat atau silat
seni yang biasanya dilakukan pada pernikahan adat melayu juga dimasukkan dalam
rangkaian upacara pernikahan di kecamatan Tempuling. Selanjutya, pada malam harinya
biasanya akan diadakan acara bemadihin atau madihin. Inilah salah satu kesenian
sastra lisan yang dibawa oleh suku Banjar ke ranah Melayu.
Madihin
merupakan suatu puisi rakyat yang
berisikan nasihat-nasihat atau petuah-petuah yang disampaikan oleh
pemadihin dengan menggunakan bahasa Banjar. Biasanya, pemadihin membawakan
madihin di acara-acara tertentu, seperti acara khitanan, pernikahan, serta
hari-hari besar lainnya. Tergantung permintaan pemilik acara. Termasuk pada
upacara pernikahan.
Pada
upacara pernikahan, madihin biasanya dibawakan pada malam hari sebagai hiburan
malam. Biasanya, madihin dibawakan oleh 1 sampai 2 orang. Pemadihin yang
berjumlah 2 orang biasanya saling bersahut-sahutan dalam menyanyikannya. Biasanya,
madihin dalam rangkaian upacara pernikahan dibawakan oleh orang tua yang sudah
berpengalaman. Karena, madihin dalam upacara pernikahan dinyanyikan dengan
kata-kata yang sedikit vulgar sebagai hiburan orang-orang tua untuk bahan
candaan kepada sang pengantin baru, meskipun kata-kata tersebut disampaikan
dengan menggunakan istilah. Meskipun demikian, madihin secara umum berisikan
nasihat-nasihat serta petuah-petuah orang tua kepada sang pengantin baru
sebagai bekal untuk menjalankan kehidupan yang baru.
Madihin
dalam upacara pernikahan, biasanya dilaksanakan pada malam hari, sekitar 1-2
jam. Puisi berlagu ini biasanya diiringi alat musik seperti gandang. Salah satu
rangkaian upacara pernikahan ini, merupakan acara yang paling di tunggu-tunggu
oleh masyarakat, karena salah satu sastra lisan ini sudah sangat jarang
diadakan pada era modern ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar