Selamat Datang Di Blog Rani ^^

Kamis, 26 April 2018

Ragam Pendidikan Budaya di kecamatan Tempuling (INHIL, RIAU)


Ragam Pendidikan  Budaya di kecamatan Tempuling
Oleh : Rani Hidayati

Pekanbaru, (19/04) Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki beraneka ragam suku serta budaya, tentulah kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia harus melestarikan kebudayaan yang pada dewasa ini lambat laun mulai dilupakan terkhusus oleh para kalangan remaja.
Di kecamatan Tempuling sendiri, sebagai salah satu kecamatan yang di dominasi oleh suku Banjar, tentulah budaya yang dipernalkan maupun diterapkan di masyarakat kecamatan Tempuling itu sendiri yaitu budaya Banjar. Namun, sebagai salah satu bagian dari daerah Riau, budaya melayupun tak luput dari sorot pendidikan di daerah kecamatan Tempuling tersebut. Salah satunya dalam pendidikan formal.
Di kecamatan Tempuling sendiri tak dapat dipungkiri bahwa semua sekolah yang ada dikecamatan Tempuling, dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas sudah memasukkan pendidikan budaya melayu dalam salah satu mata pelajaran yang ada di tiap-tiap sekolah, baik negeri maupun swasta. Pendidikan budaya Melayu formal yang ada di sekolah, biasanya mempelajari tentang tulisan Jawi atau Arab Melayu, yang di dalam buku-bukunya terdapat cerita-cerita tentang sejarah kerajaan Siak, cerita para pahlawan Melayu dan sebagainya. Selain mempelajari tulisan Arab-Melayu, di sekolah-sekolah juga memiliki mata pelajaran Budaya daerah. Yaitu mengenal budaya-budaya apa saja yang ada di daerah tempat tinggal sekitar. Seperti mengenal permainan daerah, bagaimana upacara adat daerah, dan sebagainya.
Selain di pendidikan Formal, di kecamatan Tempuling juga mengadakan pendidikan budaya secara non formal. Masyarakat kecamatan Tempuling sering mengadakan acara-acara besar yang di rangkaian acaranya menyelipkan beberapa budaya-budaya yang mendominasi daerah Tempuling yaitu Banjar. Seperti, pada acara isra miraj biasanya diselipkan seperti madihin, pantun dengan menggunakan bahasa Banjar dan sebagainya. Selain itu, pada acara-acara kemerdekaan juga sering diadakan perlombaan permainan tradisional seperti gasing, engrang, dan mamanda.
Pada program-program kerja ibu-ibu dharmawanita tiap RT, biasanya menagdakan kelas pelatihan Rebana tiap minggunya bagi para anak-anak mulai dari usia 8-16 tahun, untuk mempersiapkan sebagai pengisi acara-acara seperti pernikahan, maulid Nabi, isra miraj, dan sebagainya.
Meskipun kini di keacamatan Tempuling sendiri sudah jarang diadakan pendidikan kebudayaan secara non formal, namun beberapa pemuda di kecamatan Tempuling berusaha menggencarkan kebudayaan daerah dengan membuat beberapa kegiatan yang dilaksanakan tiap tahunnya, tepatnya pada hari ulangtahun kemerdekaan Republik Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar